Inisiatif Bina Swadaya Konsultan (BSK) mengajak Kelompok Wanita Tani (KWT) Torop Jaya untuk melanjutkan budidaya akar rimpang dan tanaman kebun atau hortikultura membuahkan hasil positif. Selama pendampingan, kelompok wanita tersebut untuk pertama kalinya mampu melakukan panen dan peroleh penghasilan tambahan secara langsung dari usaha yang mereka tanam sendiri.
Pendampingan yang dilakukan oleh BSK tersebut merupakan bentuk kepercayaan dari PT Agincourt Resources (PT.AR) dalam program Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelembagaan Lokal yang Berkelanjutan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Selatan.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Torop Jaya sendiri berdiri pada tahun 2019 atas inisiasi PT. Agincourt Resources (PTAR). Namun dalam kurun waktu tahun 2019 – 2021 kelompok belum berhasil melakukan budidaya akar rimpang dan produk olahannya yang masih belum sempurna.
Kehadiran BSK di bulan Desember 2021 mulai menjawab permasalahan kelompok, salah satunya adalah faktor tanah yang tidak cocok untuk dilakukan budidaya akar rimpang karena terlalu kering dan kurangnya unsur hara.
Hingga pada awal tahun 2022, BSK mulai mengajak kelompok untuk mengolah tanah di lahan akar rimpang dengan memberikan pupuk dan dilakukan secara gotong royong termasuk para suami dari anggota KWT. Selain itu, juga dilakukan penanaman bibit sebanyak 250 bibit jahe dan 450 bibit kunyit.
Budidaya akar rimpang yang membutuhkan waktu panen sekitar 7 hingga 8 bulan digunakan tim BSK untuk memperkuat kelembagaan agar kelompok dapat berkelanjutan dan mandiri.
Pendampingan dilakukan dengan memberikan wawasan tentang kelembagaan dan keorganisasian, hingga disepakati Ibu Rotua sebagai ketua kelompok. Adapun kegiatan awalnya dilakukan dengan mengajak dan memotivasi anggota lain secara konsisten memantau perkembangan pertumbuhan akar rimpang di lahan demplot.
Sementara itu, dari sisi permodalan, KWT Torop Jaya juga menyepakati iuran wajib anggota yang di setor tiap bulannya sebesar Rp 10.000 dan juga iuran pokok sebesar Rp 10.000. Setelah modal awal terkumpul, BSK kembali mengajak kelompok untuk membuat produk olahan dari akar rimpang.
Selama pendampingan yang dilakukan oleh tim BSK, KWT berhasil membuat 4 produk olahan seperti, ice cream kunyit, masker muka berbahan dasar kunyit, minuman jahe dan sabun batang kunyit. Dari hasil olahan produk tersebut diharapkan dapat menjadi bekal kelompok sebagai alternatif usaha dalam meningkatkan nilai ekonomi akar rimpang.
Diantara 4 produk tersebut, hasil olahan berupa minuman jahe menjadi produk yang paling banyak diminati oleh masyarakat sekitar dan karyawan PT.AR. Hingga saat ini kelompok mampu memproduksi 10 botol per minggunya yang dimasukan dalam kemasan botol 250ml.
Namun, perkembangan positif dari budidaya akar rimpang dan produk olahannya ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan ekonomi anggota yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh tani. Oleh karena itu mereka meminta BSK untuk memberikan masukan terkait pemasukan tambahan dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki oleh anggota kelompok.
Menjawab keluhan tersebut, tim BSK mengajak anggota untuk melakukan budidaya tanaman hortikultura yang cepat panen dan siap di jual pasar. Usaha tersebut dimulai di salah satu halaman rumah anggota kelompok sebagai percontohan yang ditanami bibit pare, terong ungu, kangkung dan bayam.
Usaha budidaya hortikultura dengan bibit kangkung dan bayam juga membuahkan hasil positif, hasil panen siklus pertama mampu diperoleh sebanyak 120 ikat kangkung dengan harga Rp 2.000/ikat dan 50 ikat bayam dengan harga Rp 3.000/ikat. Adapun penjualan dan pemasarannya dilakukan di sekitar Desa Sumuran dan rumah makan di Kelurahan Aek Pinning untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menu masakannya.
Hasil positif budidaya hortikultura yang mampu memberikan penghasilan tambahan langsung disambut baik oleh anggota lainnya. Anggota kelompok lainnya mulai termotivasi untuk mulai budidaya hortiklutura di halaman rumah mereka. Bahkan, di bulan Juni 2022 kelompok sudah memasuki panen yang ketiga kalinya. (val/nn-bsk)