JonggolPINTAR (Program Inklusif Inisiatif Terpadu) di Desa Sukadamai, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang diinisasi oleh Bina Swadaya Konsultan (BSK). Program ini memungkinkan siapa pun boleh berkontribusi sesuai dengan kapasitasnya secara inklusif. Kini, JonggolPINTAR melalui kelompok Jamur Semar Jonggol melakukan peningkatan kapasitas dengan terus belajar agar mampu membesar serta makin berdaya dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Jamur Semar Jonggol adalah kelompok swadaya masyarakat dampingan BSK yang berusaha di bidang budidaya jamur tiram. Kelompok ini berupaya mengangkat derajat perekonomian masyarakat Desa Sukadamai melalui komoditas jamur tiram. Saat ini mereka mengelola tiga kumbung dengan produksi tiap kumbung (rumah jamur) mampu menghasilkan 10 ribu sampai dengan 13 ribu baglog jamur. Produksi tersebut tidak membuat kelompok Jamur Semar Jonggol berpuas diri, mereka terus belajar untuk meningkatkan kemampuan.
Melalui dana hibah dan dampingan BSK, kelompok Jamur Semar Jonggol melaksanakan studi banding mengenai manajemen usaha dan pelatihan olahan jamur tiram di CV Asa Agro Corporation, Cianjur. Perusahaan ini adalah mitra supplier bibit jamur sekaligus konsultan para petani di Jonggol yang telah berdiri sejak lebih dari 20 tahun. Perusahaan yang berkompeten di komoditas jamur tiram ini mempekerjakan lebih dari 150 karyawan.
Hadir dalam studi banding itu dari Semar Jamur antara lain Asep Mardi (Pembina), Iim (Sekretaris), Edi (Ketua), Yuli (Bagian olahan), dan Yuyun (Koordinator perempuan).
Dalam sambutannya, Asep Bahtiar, kepala pabrik CV Asa Agro Corporation, menekankan pentingnya manajemen yang baik dan menjalani proses perubahan agar bisnis terus berjalan dan membesar, sekaligus mengapresiasi transformasi kelompok Jamur Semar Jonggol.
“Sebagai sebuah korporasi, CV Asa Agro juga dimulai dari bisnis kelompok kecil, dengan manajemen yang baik dan berproses hingga akhirnya sampai sebesar saat ini. Saya sangat mengapresiasi perubahan yang dilakukan teman-teman petani di Jonggol. Banyak petani yang tidak bertahan karena kurang tekun dalam administrasi. Meski merepotkan, administrasi menjadi kunci. Kami pada awalnya kesulitan menerapkan kebiasaan catat apa yang dilakukan dan lakukan apa yang dicatat,” tutur Asep Bahtiar.
Asep Mardi juga memberikan catatan khusus, bagaimana kelompok di desa itu memiliki dua sisi. Pertama, mampu menjadi wadah yang tepat bagi petani. Kedua, dapat menimbulkan perpecahan di antara petani akibat bantuan yang tidak tepat sasaran.
Peserta studi banding diajak berkeliling pabrik untuk melihat proses pembuatan baglog jamur berkapasitas produksi sekitar 7.200 baglog per hari, dengan harga jual Rp2.400 per baglog. Selain itu, peserta berkesempatan meninjau bagian pembuatan media untuk bibit.
Ahmad, tim dari CV Asa Agro Corporation yang mendampingi peserta, menjelaskan bahwa sistem rolling (pertukaran/giliran pekerja) tidak memperkenankan pekerja di unit yang kotor pindah ke lokasi yang harus serba steril. Hal ini untuk menjaga kualitas produksi jamur tiram yang memang harus steril dari gangguan hama dan penyakit.
Ahmad menjelaskan, pada bagian sterilisasi dan inkubasi, terdapat tiga layer safety dari gangguan hama. Pertama, dengan kain kasa untuk serangga besar. Kedua, paralon yang dilumuri lem di bagian depan rak. Ketiga, plastik yang dilumuri lem di tengah rak. Lem yang digunakan pun khusus dibuat oleh CV Asa Agro Corporation sendiri.
Studi banding ini tidak disia-siakan oleh Kelompok Semar Jamur untuk bertanya dan belajar mengenai jamur tiram, baik dari sisi budidaya maupun pengolahan. Proses budidaya jamur tiram mengalami perkembangan. Seperti halnya yang diamati oleh Edi yang kesehariannya di kelompok Jamur Semar Jonggol membuat baglog.
“Ternyata, masih banyak perbedaan teknis dan perkembangan yang belum kami update dalam budidaya jamur tiram,” kata Edi setelah mendapat penjelasan mengenai teknis sterilisasi baglog, inkubasi, penempatan rak kumbung, bahan atap, dan lainnya dari tim CV Asa Agro Corporation.
Sementara itu, Yuli dan Yuyun berkesempatan mempelajari variasi olahan jamur tiram dan membuatnya tahan lama sehingga masa penjualan lebih panjang dari biasa.
“Pelatihan ini sangat penting karena sebelum pelatihan kami tidak tahu bagaimana cara agar olahan jamur ini lebih bervariasi dan enak. Pelatihan ini memang fokusnya di olahan jamur krispi agar tahan lama (awet) dan kuncinya ternyata tidak terlalu sulit, cukup dengan rajin dan telaten,” ungkap Yuyun.
Pada akhir pertemuan, Iim mendapatkan inspirasi baru, terutama untuk kegiatan kelompok setelah pelatihan.
“Selain mendapatkan pengukuhan dan registrasi dari Dinas, kelompok juga bisa mulai uji coba produksi olahan dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintahan. Seperti yang dituturkan Bapak Asep Bahtiar, agar selalu update informasi terutama untuk pengembangan UMKM. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada BSK dan CV Asa Agro atas kesempatan ini,” pungkas Iim.