Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar kegiatan sosialisasi “Sadar Wisata” yang merupakan bagian dari rangkaian kampanye sadar wisata yang akan berlangsung di 65 desa wisata di 6 Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) Indonesia.
Kegiatan sosialisasi tahap pertama di Lombok dilaksanakan dua hari, bertempat di empat Desa Wisata, yakni Desa Wisata Kuta dan Desa Rembitan pada Kamis (10/3), kemudian Desa Buwun Mas dan Desa Selong Belanak pada Jumat (11/3).
Kegiatan sosialisasi melibatkan narasumber yang kompeten di bidang terkait, seperti pengajar atau pelaku kepariwisataan dan hospitality. Sedangkan peserta meliputi kelompok masyarakat yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha atau bisnis pariwisata, serta kelompok masyarakat yang secara tidak langsung mendukung kegiatan wisata, seperti tokoh masyarakat, mahasiswa, pelajar, pekerja formal.
Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi, dalam keterangannya mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat desa wisata dalam pelayanan wisata. Serta pengembangan produk wisata secara inklusif dan terintegrasi dengan Kawasan 6 Destinasi Prioritas Pariwisata Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan, yang disasar untuk peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.
“Masyarakat yang sadar wisata nantinya diharapkan dapat memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona yakni keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. Aktualisasi nilai-nilai tersebut menjadi perilaku sehari-hari dalam melayani wisatawan sehingga menjadi pendukung tumbuhnya iklim kepariwisataan dan menjiwai nilai kearifan budaya lokal,” kata Florida Pardosi.
Pemahaman sadar wisata diharapkan dapat membangun pola pikir bagi masyarakat agar menjadi pemeran aktif dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Meningkatkan kesadaran dan praktik masyarakat desa tentang pentingnya Sapta Pesona, Pelayanan Prima, dan CHSE.
Selain juga meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan potensi produk wisata melalui transformasi produk unggulan desa menjadi produk wisata, dengan pelatihan/bimbingan/aspek exploring, packaging, dan presentasi serta lainnya.
“Pada akhirnya, masyarakat yang Sadar Wisata di samping sebagai tuan rumah yang baik, juga menjadi penggerak dan pelaku pengembangan destinasi pariwisata di desanya. Masyarakat dapat memperoleh manfaat dari kegiatan kepariwisataan yang dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Florida Pardosi.
Hal senada dikatakan oleh Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rinto Taufik Simbolon, dalam paparannya di acara sosialisasi yang berlangsung di Kampung Homestay, Desa Wisata Kuta, Lombok Tengah. Ia menjelaskan bahwa sosialisasi akan dilaksanakan di 6 DPP di indonesia, yang diharapkan dapat berkembang lebih maju sebagai destinasi wisata. “Agar benar-benar menjadi mandiri yang melaksanakan kegiatan Sapta Pesona, CHSE ( Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability ) dan meningkatkan kompetensi layanan prima dari masyarakat,” katanya.
Terkait pemilihan Mandalika sebagai lokasi pertama kegiatan sosialisasi, dikatakan Rinto, adalah karena kawasan tersebut tengah menjadi ajang kegiatan internasional MotoGP Mandalika 2022, sehingga diharapkan masyarakat setempat dapat melayani tamu dari dalam maupun luar negeri dengan lebih optimal.
“Kawasan destinasi Mandalika ini sangat potensial. Bimbingan dan pemberian semangat kepada SDM (Sumber Daya Manusia) harus terus diberikan, agar warga dapat memberikan pelayanan yang prima dan ikhlas,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Tengah, Lendek Jayadi, berharap pelatihan yang diberikan mampu meningkatkan semangat dan kemampuan warga menerima tamu yang berkunjung, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Menurutnya, melalui pariwisata, energi masyarakat Lombok sebagai warga yang beragama dan berbudaya akan dapat diejawantahkan. “Ini harus bisa ditarik menjadi pesan, cara interaksi, dan pengalaman batiniah agar tamu dapat merasakan kearifan budaya kita,” tuturnya.
Yeni Aprianti, 19 tahun, warga Desa Rambitan yang menjadi salah satu peserta sosialisasi, mengatakan dirinya mendapatkan banyak ilmu terkait sadar wisata melalui kegiatan sosialisasi. Bahkan, ia termotivasi untuk membangun wirausaha yang mendukung pariwisata di daerahnya.
“Ke depannya, saya ingin ikut menyukseskan wisata di Rembitan. Saya ingin membuat usaha baru, membuat gelang untuk suvenir dari Rembitan,” imbuhnya.
Setelah Lombok (Nusa Tenggara Barat), kegiatan ini juga akan diselenggarakan di Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara); dan Labuan Bajo/Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur).
Sumber: Kemenparekraf