Agustus 22, 2024

Kita ini Bekerja atau Berkarya?

Sebuah Refleksi Bersama

Oleh

Unik Wimawan

Konsultan Bina Swadaya

Sepintas dua kata tersebut mempunyai kesamaan arti, namun kalau kita simak lebih mendalam ternyata keduanya berbeda, apa perbedaan keduanya? Bekerja adalah sibuk melakukan berbagai hal, namun berbagai hal tersebut belum tentu memberikan kepuasan dan arti yang mendalam bagi hidup kita. Sebaliknya berkarya berarti bekerja yang memberikan kepuasan batin, sehingga hasil karya kita tidak hanya kita nikmati sendiri, tetapi juga dapat dinikmati dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Lalu, bagaimana dengan kita yang saat ini (masih) bekerja?

Karya seperti inilah yang biasanya melegenda karena akan (selalu) diingat atau dikenang terus sepanjang masa. Lalu dalam penerapannya, apa perbedaan bekerja dan berkarya?

Untuk memahami keduanya, mari kita simak ilustrasi di bawah ini. Ada 2 warga masyarakat berikut ini yang bisa membantu kita melihat perbedaannya. “Gono” adalah seorang dosen matematika, ia bekerja di beberapa universitas.

Pagi hari sampai siang hari Ia mengajar di Universitas A & B, sorenya ia bekerja sebagai guru privat untuk membantu beberapa siswa yang ingin mendapatkan tambahan pelajaran, sedangkan malam harinya ia mengajar di Universitas C. Aktivitas ini sudah dilakukan bertahun-tahun, tetapi tetap saja Gono hanya bisa
menghidupi keluarganya secara pas-pasan bahkan tidak jarang mereka hidup dalam kekurangan.

Untuk menutupi berbagai kebutuhan keluarga, kadang-kadang Gono juga sibuk bekerja di akhir pekan, menerima beberapa orderan atau berjualan apa saja yang bisa menghasilkan uang. Hidupnya dipenuhi dengan kesibukan, selalu kehabisan tenaga dan semangat begitu menjelang malam hari. Ia sering merasa stres karena kesibukannya banyak menyita waktu, tidak hanya waktu pribadinya untuk bersantai menikmati hidup tapi juga waktu bersama keluarga, sehingga sering merasa jauh dari keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

“Gini” juga seorang dosen ekonomi. Pagi hingga siang hari ia bekerja sebagai dosen di beberapa universitas yang sama dengan “Gono”. Sore hari Ia pun memberikan pelajaran privat kepada beberapa siswa. Namun, tidak seperti Gono yang terlihat stres dan lusuh karena didera pekerjaan. Gini selalu terlihat ceria dan terlihat dekat dengan keluarganya (istri dan anak-anaknya). Di akhir pekan, mereka menghabiskan waktunya bersama keluarga melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti membersihkan rumah, jalan santai atau bersepeda santai di pagi hari. Kadang Gini juga masih bisa melakukan pekerjaan lain disela-sela kesibukan rutin, seperti sebagai Pengurus RT, ia menjadi koordinator kegiatan sosial di tempat tinggalnya.

Kalau kita perhatikan cerita di atas, Gono dan Gini memiliki kesibukan yang serupa, tetapi hasilnya berbeda. Gono selalu dikejar waktu dan pekerjaan untuk menutupi berbagai kebutuhan hidup mendesak keluarganya. Sebaliknya Gini masih bisa menikmati hidup bersama keluarga dimalam hari dan akhir pekan.
Gini juga masih bisa menyisihkan sebagian waktunya untuk membantu masyarakat disekitar tempat tinggalnya dengan menjadi pengurus kemasyarakatan dan koordinator kegiatan sosial. Kalau kita perhatikan lebih lanjut, ternyata ada perbedaan sikap yang menyolok dalam melakukan pekerjaan antara Gono dan Gini.

Gono menerima pekerjaan sebagai dosen dengan sikap yang penting dapat bekerja dari pada menganggur. Ketika ia mendapat pekerjaan sebagai guru privat, menerima orderan dan berjualan sikapnya sama, tidak berubah, yakni asal cepat selesai dan cepat dapat uang. Berbeda dengan Gini, ia sangat menikmati pekerjaannya sebagai dosen. Pekerjaan sebagai dosen ini sudah merupakan cita-citanya sejak masih kuliah di perguruan tinggi.

Gini yang berasal dari keluarga sederhana menyadari bahwa pendidikan sangat penting untuk membantu seseorang keluar dari garis kemiskinan. Untuk itulah ia merasa perlu (terpanggil) membantu orang lain, terutama mereka yang membutuhkan dengan memberikan jasa pendidikan. Dengan demikian ia selalu menikmati tiap detik dari pekerjaan yang dilakukan. Tidak heran jika ia menjadi salah satu dosen favorit dan menjadi salah satu rekan favorit.

Dengan sikap yang ingin selalu membuat hasil karyanya bermakna bagi orang lain, Gini tidak merasa stres, bahkan ia merasa harus berbuat lebih banyak lagi. Ia juga bisa menikmati pekerjaan sebagai pengurus kemasyarakatan dan koordinator kegiatan sosial. Jadi disini terlihat jelas perbedaannya. Gono selalu terlihat sibuk, dikejar waktu, stres dan kelelahan. Atau bisa dikatakan Gono ini termasuk orang yang gila kerja tetapi tidak bisa menikmati pekerjaan dan kehidupannya. Orang lain juga tidak bisa menikmati pekerjaannya karena ia bekerja terburu-buru dan bekerja dengan sikap asal cepat selesai, sehingga hasilnya menjadi kurang optimal. Sebailknya, Gini sangat menikmati hasil karyanya. Orang-orang disekitarnya juga bisa mendapat dan merasakan manfaat dari keberadaannya.

Kalau kita ambil benang merahnya, yang satu (Gono) menghasilkan kualitas kerja rata- rata bahkan cenderung kurang, sedangkan yang lain (Gini) menghasilkan “mahakarya” yang melegenda karena selalu dikerjakan dengan kualitas kerja yang tinggi dan dengan semangat serta emosi yang positif terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Bagaimana dengan kita sendiri, apakah sampai saat ini kita sedang sibuk bekerja atau sedang sibuk berkarya? Jika kita sedang sibuk bekerja, berhati-hatilah terhadap beban stres dan keterikatan terhadap waktu. Mungkin sudah saatnya kita sebagai pekerja (karyawan) untuk merubah sikap, paradigma atau melakukan kegiatan lain yang dapat memberi makna dan manfaat bagi banyak orang di sekitar kita terutama masyarakat miskin dan terpinggirkan yang perlu mendapat dukungan, bantuan dan perhatian dari kita.

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi, memberikan bahan refleksi dan permenungan bersama bagi kelangsungan lembaga yang kita cintai ini. Aktivitas yang kita (akan) lakukan, kita kerjakan selama ini baik di bidang kerja masing-masing apakah sudah bermakna dan bermanfaat bagi banyak orang di sekitar kita? Selamat berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita semua. Semoga.