Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, meninjau proses pengolahan sampah plastik di Desa Gorontalo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagai salah satu upaya mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Khususnya di destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo.
Proses pengolahan sampah plastik di Desa Gorontalo sendiri menggunakan mesin pengelolaan sampah plastik yang merupakan dukungan dari Kemenparekraf/Baparekraf beberapa waktu lalu.Menparekraf Sandiaga, dalam pernyataannya, Jumat (28/1/2022), menjelaskan bahwa isu global yakni sampah plastik membutuhkan waktu sekitar 500 hingga 1.000 tahun untuk benar-benar terurai.
Data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, dari 64 juta ton sampah plastik per tahun sebesar 3,2 juta ton berkontribusi ke laut.Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan biota-biota laut dan menciptakan dampak lebih besar terhadap kesehatan serta lingkungan.
“Ini juga sesuai dengan arahan Presiden, bahwa beliau menargetkan pengurangan sampah laut sebanyak 75 persen pada tahun 2025. Oleh karena itu, kami menghadirkan mesin pengelolaan sampah plastik, untuk dapat mewujudkan keberlanjutan lingkungan,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Dalam penerapan pengolahan sampah, Kemenparekraf/Baparekraf bekerja sama dengan PT. ASTRA. Metode yang digunakan adalah pirolisis, dimana nantinya sampah plastik yang dikumpulkan nelayan akan diolah dengan teknologi tinggi untuk menghasilkan bahan bakar solar, yang nantinya dapat digunakan oleh nelayan untuk melakukan aktivitas melaut mereka.
“Mesin pengolah sampah plastik ini memang diberikan kepada warga di Desa Gorontalo untuk mendukung penanganan masalah sampah di wilayah Labuan Bajo. Beberapa titik lain juga telah dipetakan dan diterapkan sehingga dapat menjadi model bagi titik-titik berikutnya,” jelasnya.
Kemenparekraf/Baparekraf juga telah menghadirkan Waste Management Specialist untuk melihat potensi pengolahan sampah yang akan bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat setempat. Dengan demikian, Labuan Bajo dapat menjadi destinasi pariwisata yang benar-benar bebas dari sampah.
Turut mendampingi Menparekraf, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu; Trash Hero selaku Waste Management Specialist, Badrul Hadi; dan Perwakilan Politeknik El Bajo Commodus selaku fasilitator lokal, Irna Karina.
Sumber: Kemenparekraf