Pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan sangat strategis guna peningkatkan perekonomian bangsa. Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga yang berharap upaya pemberdayaan perempuan tersebut juga dapat mewujudkan kesetaraan dan kemajuan di Indonesia.
“Pada kenyataannya, potensi perempuan dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa tidak dapat dipandang sebelah mata. Potensi ini seharusnya menjadi dorongan bagi semua pemangku kepentingan untuk mengembangkan berbagai program pemberdayaan ekonomi perempuan, khususnya terkait peningkatan kapasitas dengan fokus intervensi pada perempuan prasejahtera, perempuan kepala keluarga, dan perempuan penyintas yang kami fokuskan di Kemen PPPA,” jelas Menteri Bintang pada acara Women’s Professional Week (24/09).
Menteri Bintang menambahkan situasi pandemi Covid-19 mengakibatkan beban perempuan semakin berat. Hal ini dikarenakan perempuan masih dikategorikan sebagai kelompok yang rentan mengalami berbagai perlakuan salah seperti ketimpangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat hasil pembangunan. Padahal, perlindungan dan kesetaraan bagi segenap rakyat Indonesia telah dijamin secara konstitusional oleh negara, termasuk didalamnya perempuan.
“Dalam mendukung percepatan pembangunan bangsa bagi perempuan dan anak, Kemen PPPA mempunyai 5 isu prioritas arahan Presiden Joko Widodo, yang salah satunya adalah peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender. Dengan upaya tersebut, diharapkan dapat menjadi peluang kita bersama untuk keluar dari situasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19,” tutur Menteri Bintang.
Menteri Bintang mengapresiasi para pihak, khususnya dunia usaha yang mendorong upaya pemberdayaan perempuan. Upaya pemberdayaan perempuan yang dilaksanakan untuk melejitkan 1 juta perempuan berdaya melalui pelatihan daring dan luring oleh label busana muslimah Nina Nugroho, diharapkan dapat menginspirasi dan mempelopori kegiatan-kegiatan serupa bagi dunia usaha dan pihak-pihak lain.
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Hayani Rumondang menjelaskan partisipasi perempuan di dunia kerja sangat penting untuk didukung. Hal tersebut karena partisipasi angkatan kerja perempuan hanya 54 persen, masih jauh dibandingkan laki-laki usia kerja yang mencapai 82 persen.
“Perempuan merupakan elemen bangsa yang penting dan strategis, bukan saja karena jumlahnya besar, tetapi juga karena perempuan punya potensi besar untuk menggerakkan perekonomian bangsa. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa penyebab kurangnya partisipasi profesional perempuan pada kedudukan strategis di dunia kerja tidak lepas dari fitrahnya sebagai seorang ibu. Banyak profesional perempuan yang telah berkeluarga memutuskan berhenti bekerja untuk mengutamakan perannya sebagai seorang ibu. Hal ini tentu menujukkan pilihan seorang perempuan untuk tidak menempuh jenjang karier lebih tinggi banyak dipengaruhi skala prioritas, bukan oleh kemampuan teknis dan kecakapan kerja. Oleh karenanya, kita perlu bekerja bersama membuka kesempatan seluas-luasnya bagi profesional perempuan untuk berkarier setinggi-tingginya tanpa harus menyampingkan perannya sebagai ibu,” ungkap Hayani.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, Reni Yanita mengungkapkan industri kecil menengah atau IKM erat kaitannya dengan partisipasi kaum perempuan. Bila mengacu pada data profil industri mikro dan kecil pada 2019 dari BPS (Badan Pusat Statistik), terdapat hampir 46,7 persen pengusaha perempuan. Angka tersebut banyak didominasi pada sektor tekstil, pengobatan tradisional, pakaian jadi, dan makanan.
“Fakta tersebut tentu dapat mendorong pengembangan industri di daerah dengan cara memanfaatkan sumber daya setempat dan meningkatkan peran serta kaum perempuan. Selain itu, partsipasi perempuan diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan kesempatan usaha bagi para perempuan, meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan keluarga, serta terbentuknya wirausaha baru bagi perempuan dengan hasil produksi yang diperuntukkan untuk pasar lokal maupun ekspor,” tutur Reni.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Nita Yudi. Ia menyampaikan pentingnya pendidikan bagi perempuan, baik secara formal maupun informal yang dapat mudah diakses untuk memajukan perempuan.
Menyambung hal tersebut, Ketua Umum Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (INKOWAPI), Sharmila menekankan pentingnya pendidikan literasi digital sebagai sebuah keharusan untuk dipahami khususnya di masa pandemi. Pembelajaran literasi digital merupakan salah satu upaya menanggulangi dampak pandemi Covid-19, dimana omset usaha-usaha perempuan, khususnya anggota koperasi dapat dipulihkan melalu promosi di ranah digital.