Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu bagian penting dalam peningkatan perekonomian keluarga. Pemberdayaan perempuan juga mempunyai peran dalam membangun ekonomi keluarga, seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi keluarga dan penyerapan tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan kemampuan atau keahlian agar perempuan menjadi berdaya.
Salah satunya adalah yang diperlihatkan oleh kelompok perempuan Jamur Semar yang melakukan budidaya jamur tiram di kampung Cimenyan, Desa Sukadamai, Jonggol, Jawa Barat. Yuyun seorang ibu rumah tangga yang menjadi salah satu anggota kelompok mengungkapkan dirinya bersyukur dapat terlibat karena dapat memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga kecilnya.
Budidaya jamur tiram di Jonggol sendiri merupakan salah satu pengembangan ekonomi dengan investasi baglog dan plasma Bina Swadaya Konsultan (BSK) yang menjalin mitra dengan Asep Mardi warga kampung Cimenyan dalam program pemberdayaan inklusif terpadu atau Jonggol Pintar.
“Awal mula mengajak perempuan untuk bertani jamur karena kan tujuannya buat memberdayakan masyarakat terutama lansia. Sedangkan, budidaya jamur istilahnya ringan gitu tidak terlalu membutuhkan tenaga yang lebih. Waktu itu ya baru 4 orang terus nambah gitu saling ngajak satu sama lain,” ujar Asep Mardi saat menjadi narasumber Bincang-bincang Wisma Hijau dengan tema Pemberdayaan Perempuan Petani Jamur Jonggol, beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan yang sama, Yuyun juga menceritakan bahwa dirinya kurang lebih baru satu tahun bergabung dalam kelompok. Yuyun bersama ibur rumah tangga lainnya bertugas di bagian pengemasan untuk pembuatan baglok, pemasangan ring pada baglok dan memanen jamur.
“Untuk pengisian baglok pagi setelah subuh, jam 5 sampai jam 6 kemudian pulang dulu. Terus bagian laki-laki ngepress, nanti kalau udah selesai baru bagian ibu – ibu lagi untuk pemasangan ring, selebihnya masih bisa dirumah,” terang Yuyun.
Dalam proses pengerjaannya Yuyun mengaku dapat membuat 1400 baglog yang dikerjakan oleh 12 orang dalam waktu 1 jam. Sementara itu pembayaran upah dilakukan pada akhir produksi setelah semua selesai.
“Tadinya yang ibu-ibu dapat penghasilan dari suami aja, sekarang jadi bisa punya penghasilan sendiri buat tambahan uang belanja,” katanya.
Selain memberikan penghasilan tambahan, Yuyun juga menjelaskan bahwa keterlibatanya dirinya membuat semakin dekat dengan ibu-ibu yang lainnya. Selain itu, kesempatan saat bekerja, Yuyun akui digunakan untuk memasarkan produk sampingannya saat bekerja.
Asep mengungkapkan, dirinya baru 7 tahun mulai serius menekuni budidaya jamur, Ia mengakui ketertarikan kepada jamur karena harganya yang cukup bagus di pasaran.
“Saya sempat mengalami kegagalan, misal produksi seribu gagal hampir setengahnya. Saya gagal itu karena minimnya pengetahuan dan caranya masih tradisional menggunakan serbuk kayu untuk pembakaran, waktunya juga belum tau, dari bibit dari sterilisasi belum tau karena ya informasinya belom banyak. Sekarang sudah punya 3 kumbung. 1 kumbung ada 13.000 baglok,” jelas Asep.
“Tiga kumbung itu diisi tidak sama waktunya sehinga cukup 2 orang, dan diproduksi yang membutuhkan keterlibatan banyak orang,” sambung Asep yang mulai melibatkan perempuan atau ibu rumah tangga dalam produksi budidaya jamurnya.
Peran Bina Swadaya Konsultan (BSK) diakui Asep juga turut membantu mengembangkan budidaya jamur yang ditekuninya. Sebelumnya, BSK telah menginvestasikan plasma blandongan yang bisa masuk sampai kapasitas 3000-4000 baglok yang dilihatnya sebagai peluang.
“Jadi warga-warga itu di halaman rumah dibuatkan rak, terus diberikan baglok yang nantinya hasil panen jamur sy tampunag,” ujarnya.
Saat ini total di kelompok Asep terdapat 30 orang pelaku budidaya jamur, besar harapan budidaya jamur akan makin besar lagi sehingga dapat melibatkan masyarakat secara menyeluruh khususnya di desanya. Menurutnya, kegiatan budidaya jamur dapat membantu kebutuhan dapur yang tidak membuat kebingunan ibu-ibu rumah tangga.
“Kedepannya semoga makin erat lagi, bina swadaya semangat terus untuk membina kami karena kami memang butuh informasi juga, ilmunya juga, apalagi masyarakat desa saya sangat terbantu. Untuk olahan belum dimulai, nanti kedepannya bakalan ada jamur krispi. Permintaan tinggi itu untuk baby jamur kemasan 250gram. Nantinya ibu-ibu yang melakukan pengerjaannya,” katanya.