Gempa bumi di Sulawesi Tengah yang terjadi pada 28 Oktober 2018 berkekuatan 7,4 Magnitudo telah melumpuhkan sendi kehidupan masyarakat di Sulawesi Tengah kala itu. Tiga daerah yang paling terdampak adalah Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.
Pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, PARCIC bersama Bina Swadaya dan SKP HAM menjalankan program Livelihood Fase 2 di 5 desa di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun lokasi proyek mencakup, Kecamatan Dolo yakni Desa Soulowe, Desa Karawana, dan Desa Potoya, Kecamatan Biromaru yaitu Desa Sidera, dan Kecamatan Kulawi di Desa Namo.
Adapun program ini bertujuan meningkatkan kapasitas untuk pemulihan mata pencaharian (livelihood) pada masyarakat rentan. Model pemulihan mata pencaharian dilakukan dengan cara memberikan pendampingan, pelatihan, bantuan bibit sayuran, perlengkapan pertanian, serta bantuan bibit ayam kampung dan perlengkapan peternakan.
Nurhayati (42) salah satu penerima manfaat dari Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulteng mengungkapkan dirinya merasa terbantu dengan hadirnya program Dapur Usaha PARCIC, SKP-HAM dan Bina Swadaya di wilayahnya.
Sebagai sosok ibu rumah tangga, tulang punggung ekonomi keluarganya berada di tangan Ahmad selaku suami yang juga bekerja sebagai petani. Pasca gempa bumi pada September 2018, muncul berbagai permasalahan dari ketersediaan pangan hingga bantuan yang tidak sampai karena akses jalan yang terputus.
“Saya hampir tertindis tiang rumah ketika gempa” kenang Nurhayati yang bersyukur anggota keluarganya masih selamat.
Sekitar 6 bulan pendampingan program Dapur Usaha di Desa Namo, Nurhayati merasakan dampak yang dirasakannya memberikan banyak manfaat. Dirinya mulai membuka usaha dagang yang mampu menambah penghasilan ekonomi keluarga yang digunakan untuk menabung dan merenovasi rumah yang terdampak bencana.
Selain program Dapur Usaha, Nurhayati yang juga sebagai penerima manfaat di program pertanian telah menerima beberapa bibit seperti sawi putih, cabai, tomat, terong dan beberapa bibit lainnya. Adapun pendampingan dan pelatihan yang diberikan dalam program tersebut adalah pengetahuan cara bertani yang baik hingga pembuatan mol untuk pupuk.
“Alhamdullilah, dengan adanya program pertanian ini ekonomi keluarga sedikit terbantu, saya juga dikasih pelatihan buat mol untuk pupuk dan sekarang sudah dipanen. Ada juga yang dinikmati sendiri, jadi panennya lalu 380kg untuk tomat” kata Nurhayati.
Selain dinikmati sendiri, sebagian hasil pertanian tersebut dijual dan keuntungannya digunakan untuk modal usaha dan ditabung. Nurhayati sangat berharap kedepannya dapat mengembangnkan dagangannya dan melanjutkan usahanya di bidang pertanian. Ia juga sangat berterima kasih dengan adanya program ini karena mendapatkan ilmu baru di bidang pertanian.
“Saya sangat berterima kasih kepada Pak Eko (Bina Swadaya) karena sudah diajarkan cara pembuatan mol untuk pupuk tanaman”, ujarnya.