September 10, 2024

Pentingnya Perusahaan Agribisnis Dukung Transformasi Kemitraan dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Series BTP WEE in AVC

Oleh

Vania Primaningtyas

Tanggung jawab produsen agribisnis skala kecil terhadap mitra, khususnya wanita yang transformasional melalui pemberdayaan ekonomi dapat menjadi keuntungan atau nilai tambah storytelling dalam menjalankan bisnis usahanya.

Melalui penelitian bertajuk ‘Menemu Kenali Dampak Pandemi Covid-19 dan Praktek Baik Tingkat Kepatuhan Perusahaan terhadap Benchmark Transformational Partnership and Women Economic Empowerment in Agricultural Value Chain (BTP WEE in AVC)’, Bina Swadaya Konsultan melakukan penelitian di dua produsen agribisnis yaitu, Warung Hijau Trukajaya, dan CV Centerindo Kurnia Tritama yang merupakan industri rumahan pembuat wedang uwuh.

Warung Hijau Trukajaya sendiri merupakan bentuk tanggung jawab dari Yayasan Trukajaya yang menaunginya dengan memberikan pelayanan bagi petani untuk memasarkan hasil pertanian organiknya.

Dalam pendampingannya, Warung Hijau Trukajaya juga memberikan edukasi kepada konsumen tentang produk organik, mendampingi petani organik dalam meningkatkan kualitas produk dan melakukan distribusi barang.

Sementara itu, CV Centerindo Kurnia Tritama merupakan industri rumahan pembuat wedang uwuh dengan merek dagang ‘Den Bagus’. Wedang Uwuh merupakan minuman herbal khas Yogyakarta. Wedang Uwuh sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Jawa yaitu Wedang yang berarti minuman dan Uwuh yang berarti sampah.

Kondimen wedang uwuh cukup beragam, berbagai jenis tumbuhan obat menjadi bahan pembuatan wedang uwuh. Tumbuhan obat yang dimaksud adalah jahe, daun secang, kapulaga, cengkeh dan lain sebagainya, oleh sebab itu masyarakat Yogyakarta menyebut dan mengibaratkan sebagai ‘Minuman Sampah’.

Tidak hanya wedang uwuh, CV Centerindo Kurnia Tritama juga memproduksi berbagai minuman herbal lainnya seperti teh celup eucaliptus, teh bunga rosella, serbuk wedang uwuh.

Penelitian BTP WEE in AVC ini dilakukan ketika peralihan kondisi pandemi dengan entitas bisnis yang berbeda, sehingga analisis yang dihasilkan juga berbeda. Hasil ini juga dapat memperkaya kajian dampak pandemi terhadap perusahaan, dan kaitannya dengan kepatuhan perusahaan agribisnis dalam transformasi kemitraan.

Hasil penelitian secara umum menyatakan bahwa pandemi Covid-19 berdampak positif bagi peningkatan pendapatan di sektor pertanian organik dan minuman herbal.

Produk makanan sehat dari hasil pertanian organik dan minuman herbal dapat meningkatkan imun, dan menambah daya kesehatan keluarga.

Disisi lain dampak negatif dari pandemi adalah terbatasnya mobilitas, sehingga para petani dan pegawai perusahaan menyesuaikan kondisi dan keadaan ketika pandemi.

Peran perempuan ibu rumah tangga juga terlihat pada peningkatan kesehatan keluarga yang memilah jenis makanan sehat, bahkan disaat pandemi. Rempah-rempah juga dapat dipilih sebagai suplemen makanan yang dibutuhkan untuk peningkatan imun tubuh.

Hasil penelitian lain juga menujukkan fenomena yang terjadi pada pemasok rempah-rempah segar. Permintaan produk minuman herbal seperti wedang uwuh mengalami peningkatan yang signifikan, namun fluktuatif untuk rempah-rempah segar.

Pemasok rempah-rempah segar ini kebanyakan para perempuan dan termasuk pada pekerja sektor informal. Permintaan rempah-rempah segar hanya meningkat di awal masa pandemi ketika terjadi panic buying. Lalu permintaan rempah-rempah segar turun Kembali ketika masyarakat mulai adaptif dengan masa pandemi.

Selain itu, pekerja perempuan di sektor informal pada masa pandemi memiliki beban kerja ganda yang meningkat. Selain bekerja untuk memenuhi kegiatan ekonomi, para perempuan juga melakukan pekerjaan domestik yaitu mengurus rumah tangga.

Solusi pemulihan yang harus dilakukan bagi kedua entitas bisnis adalah: 1) mengupayakan ada usaha alternatif dari pemasok selain menjual rempah-rempah, namun tidak menutup kemungkinan beban pekerjaan menjadi bertambah, 2) Perusahaan minuman herbal tetap bekerja sama dengan adanya catatan kontrol kualitas yang telah ditetapkan antara pemasok rempah-rempah segar dan perusahaan. 3) dibutuhkan jejaring pelatihan mengenai proses bercocok tanam secara organik; 4). Tekait pemberdayaan ekonomi perempuan dibutuhkan jejaring pendampingan untuk membangun kreatifitas.

Penelitian BTP WEE in AVC ini merupakan kegiatan Gender transformative and Responsible Agribusiness Investments in Southeast Asia (GRAISEA) yang dipimpin oleh Oxfam dengan dukungan Kedutaan Besar Swedia di Bangkok dan Institute for Social Entrepreneurship in Asian (ISEA), yang bekerja sama dengan Bina Swadaya Konsultan. Hal ini merupakan replikasi dari kegiatan sebelumnya yang sudah dilakukan kepada produsen skala kecil baik laki-laki maupun wanita di komunitas pemasok Toko Trubus.