Juli 17, 2021

Ulet dan Sabar, Kunci dalam Membangun Usaha Keripik Singkong

Ulet dan sabar adalah kunci dalam membangun sebuah usaha. Begitulah pedoman yang selalu dipegang teguh oleh Sunarti, salah satu penerima manfaat dari program CSR PT. Indexim Coalindo yang bekerjasama dengan Bina Swadaya Konsultan.

Usaha keripik Singkong yang ditekuninya  akhirnya berkembang seiring dengan semangat untuk belajar dan sabar dalam membangun usahanya.

“Kalau tidak seperti itu, mungkin saya tidak bisa seperti sekarang, apalagi saya pendatang”, ujarnya.

Di penghujung tahun 2011, Sunarti mulai menginjakkan kaki di tanah Borneo. Bersama suami dan anaknya, dirinya meninggalkan tanah kelahirannya di Kulon Progo, Yogyakarta dan mengikuti program transmigrasi ke Kutai Timur yang kemudian ditempatkan di Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Berbekal keterampilan yang dimilikinya, awal tahun 2012, Sunarti bersama suami mulai merintis usaha keripik singkong. Namun usaha tersebut mengalami kendala karena bahan baku singkong tidak tersedia di lokasi tempat tinggalnya. Dikatakan Sunarti, saat itu banyak warga yang menanam pohon pisang, sawit, padi dan sedikit sayuran.

“Dulu disini susah, cari singkong tidak ada, tapi pelan-pelan saya dan bapaknya setiap keliling nitip keripik ke toko-toko sambil cari singkong, akhirnya dari situ kita kenal para petani singkong”, kenangnya saat awal merintis usaha.

Sunarti

Berbekal ulet dan pantang menyerah, perlahan namun pasti, usaha keripik singkong yang dijalankannya mulai membuahkan hasil. Puncaknya terjadi pada tahun 2015, Sunarti akhirnya dapat  menuai hasilnya.

“Kini hampir setiap hari produksi, selama ada singkong, selalu produksi”, papar Sunarti yang merintis usaha keripik singkong dengan label “Dua Putra” ini.

Dalam seminggu usaha mereka mampu memproduksi hingga 5 kwintal lebih singkong. Toko-toko yang menjadi mitra akhirnya semakin banyak hingga diluar Kecamatan Kaliorang.

“Dulu ada 30 puluhan lebih toko, engga cuma di Kaliorang saja, tapi sampai Sangkulirang dan Bengalon juga”, katanya.

Namun seiring dengan bertambahnya usia, pasangan suami istri ini mulai mengurangi kapasitas produksi dan toko mitra mereka. Saat ini mereka hanya menitipkan produknya di 15 toko yang ada di Kecamatan Kaliorang saja.

“Bapaknya sudah tidak kuat kalau keliling jauh. Tenaga juga sudah berkurang, kalau produksi sekarang 2 kali dalam seminggu, sekali produksi engga sampai 1 kwintal”, jelas Sunarti.

Dirinya menjelaskan, saat ini banyak juga bermunculan warga yang membuka usaha keripik singkong. Menurutnya, hampir di tiap desa sudah ada yang menjual keripik singkong dengan label masing-masing.

Melihat banyaknya warga yang menjual usaha keripik singking, Sunarti merasa senang dan bersyukur dapat gabung dalam program CSR PT. Indexim Coalindo yang bekerjasama dengan Bina Swadaya Konsultan dengan pelatihan pendampingan dari sisi pengemasan yang lebih bagus.

“Dulu kemasan keripik saya biasa saja, tapi sekarang plastiknya sudah tebal dan ada stikernya, bagus. Sudah seperti ditoko oleh-oleh”, katanya.

Lebih lanjut, dirinya juga berharap pada Galeri Rumah Inkubasi Bisnis (RIB) sebagai tempat pemasaran produk UMKM sehingga dapat meningkatkan pemasaran produk yang dimiliki.

“Dulu saya ingin punya PIRT, pernah ikut sosialisasinya, tapi tidak ada yang bantu. Sekarang sama Indexim lewat pendampingan BSK. Dibantu penjualan di RIB, siapa tau karyawan Indexim banyak yang suka, penjualan makin lancar dan banyak, saya dan bapaknya tidak perlu keliling jauh-jauh lagi”, pungkasnya.